BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan
keaneragaman seni dan
budaya, baik berupa
seni tradisional ataupun seni
buadaya yang timbul adanya
suatu proses akulturasi. koentjaraningrat (2005:155) mengemukakan bahwa
Akulturasi merupakan istilah yang
dalam antropologi mempunyai
beberapa makna (Acculturation,
atau Culture Contect). Yang menyangkut
konsep mengenai proses sosial
yang timbul bila suatu kelompok dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa
yang lambat laun kebudayaan
asing itu di terima
dan di olah sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya keaslian
budaya itu sendiri.
Dalam akulturasi selalu
terjadi proses penggabungan (fusi
budaya) yang memunculkan kebudayaan baru
tanpa menghilangkan nilai-nilai
dari budaya lama atau
budaya asalnya.
Berdasarkan peryataan
tersebut nampak jelas
bahwa di dalam suatu
proses interaksi antar
suku bangsa tersebut
dapat timbul sebuah
pertukaran budaya, misalnya budaya Timur
Tengah dan contoh salah satunya
yaitu Musik Marawis.
Menurut (Sutarman, 2011: 2) Marawis
masuk dan menyebar
di Indonesia melalui jalur perdagangan
yang mana di dalamnya terjadi interaksi sosial antara
masyarakat pribumi dalam kasus
ini Masyarakat Indonesia dengan para pedagang dari negara
Timur Tengah yang mayoritas
pada waktu itu terdiri dari para ulama. Tujuan mereka
selain berdagang adalah berdakwah, menyebarkan ajaran Islam
melalui berbagai cara dan salah satu cara yang digunakan adalah media seni musik
marawis.
Bahkan cara ini pun
digunakan oleh para Wali Songo
sebagai alat bantu
syiar agama Islam di pulau Jawa.
Seperti halnya
musik marawis yang
ada di Kabupaten
Tuban Propinsi Jawa
Timur. Di wilayah
ini jika Di tinjau dari budaya keagamaanya Kabupaten
Tuban juga merupakan kota Wali.
Konon, para Wali memanfaatkan budaya dan
kesenian masyarakat dalam penyebaran Agamanya sehingga mampu mempengaruhi pola pikir
dan tata laku budaya masyarakat setempat. Perkembangan
musik marawis di
daerah ini bisa dikatakan
tidak begitu diminati
Khususnya di sebuah
tempat pedesaan yaitu
Desa Jetak Kecamatan
Montong Kabupaten Tuban. Berdasarkan
pantauan penulis ada
lima jenis musik
di tempat ini. Yaitu, Dangdut, Jaranan, Tayub, Hadrah,
Marawis. Peran musik di
tempat ini sebagai
media keagamaan dan
hiburan, akan tetapi
oleh masyarakat setempat
lebih sering di manfaatkan
sebagai media hiburan.
Penulis merasakan
ada sesuatu yang
menyimpang dan perlu
adanya pembenahan. melihat
dari latar belakang
wujud ketradisianya wilayah tersebut
yang rata – rata masyarakatnya
berbasis Islam dan
serta merupakan wilayah
santri, sungguh ironis
jika jenis musik
Islami seperti marawis ini yang
lebih berkarakter keislamanya
Nampak kurang di minati
dan menarik di
masyarakat tersebut. Di sini
penulis ingin mengangkat
dan mengembangkan eksistensi
musik marawis tersebut
dalam bentuk garapan
dan pola-pola yang
berbeda dari biasanya
supaya musik Marawis
bisa lebih diapresiasi
oleh masyarakat tersebut dan
yang tentunya tidak
meninggalkan fungsi, makna
dan nilai -
nilai orisinalitas yang terkandung di
dalam ketradisian musik
marawis.
Musik Marawis merupakan
suatu jenis kesenian tradisi
Islam. Mengapa di namakan Marawis karena salah
satu nama jenis
alat
instrumen yang di gunakan dalam
pertunjukan tersebut adalah Marawis,
jadilah nama untuk jenis musik
dan tarian tersebut di kenal
di masyarakat dengan nama Musik Marawis ( Sutarman, Skripsi, 2011 : 2 )
Moh
Kholil 35 Th dalam wawancaranya
pada 6 mei 2013 di bojonegoro
yang merupakan seorang
pegiat marawis sejak Th 1995
hingga sekarang mengatakan,
Di dalam musik Marawis
yang untuk wilayah
nada itu ada namanya
Syika, maqom , bayati, ross, hijas. Struktur pertunjukan Musik Marawis
secara umum tidak
jauh berbeda dengan penampilan
seni tradisi Islam seperti
Qasidah, tetapi memiliki perbedaan dari segi
pemainya yaitu bahwa
Musik Marawis para penabuhnya
adalah kaum laki-laki saja, yang terdiri
dari jumlah minimal
tujuh orang dengan berpakaian
Gamis
bercelana panjang dan berpeci,
masing - masing memegang satu atau
dua buah alat musik
terkadang para pemain ikut bernyanyi
dan ikut menari
bergerak sesuai irama
lagu. Pertunjukan Musik Marawis dapat digelar
pada waktu kapan
saja sesuai keinginan kita, jenis acara
dan tema apapun, selama pertunjukan tersebut tetap mengakomodasi
fungsi Musik Marawis sebagai salah
satu media dakwah
untuk syiar Islam.
Tema lagu yang dibawakan disesuaikan pada tema
acara yang diadakan
dengan mengungkapkan lagu - lagu berisi pesan
keagamaan sesuai untuk struktur
acaranya. Jenis lagu yang
ditampilkan pada awal
pertunjukan diawali dengan lagu puji-pujian atau sholawat
dengan tabuhan irama Japin dengan jenis pukulan bertempo lambat, adapun lagu
- lagu yang dibawakan
selanjutnya ada yang diiringi dengan jenis pukulan
bertempo sedang yang disebut
irama Sarah, dan lagu dengan jenis pukulan bertempo
cepat dan menghentak yang disebut irama Zahefah. Dalam pertunjukan Musik Marawis
kadang – kadang disertakan tarian, tarian tersebut
dilakukan oleh para penari laki
– laki dengan gerak sederhana
meloncat, berkeliling, melangkah maju dan
mundur disertai tepukan tangan. Para penari
tersebut disediakan khusus dari grup itu sendiri
dalam pertunjukan kadang – kadang audiens pun dapat ikut
menari bersama di atas
pentas. Adapun perbedaan Instrumentasi
Musik Marawis yang terdiri
dari instrumen Marawis, Dumbuk dan
Kompang,
Hajir, Cymbals dan
Markis sebagai alat pokok
tanpa penambahan, dikenal
dengan istilah Marawis tradisional dan bila adanya
penambahan alat
penunjang lainya seperti : Flute,
Bass gitar electric, Biola, Gambus dan
Keyboard dimaksudkan untuk memberikan
warna musik yang
baru
agar lebih diminati penonton dan menyesuaikan
dengan perkembangan jaman, jenis itu
dikenal dengan istilah Musik Marawis
kolaborasi atau Marawis Gambus.
Fungsi Musik Marawis pada awalnya
digunakan sebagai salah satu media
yang dipakai oleh para
Wali Songo dalam penyebaran agama Islam di
Nusantara khususnya di pulau Jawa, Pada
masa sekarang Musik Marawis
memiliki fungsi seni baru, seperti
seni yang lainnya
yang dapat tampil pada acara hiburan hajatan, peresmian gedung, hingga tampil
di pusat perbelanjaan
sesuai perkembangan jaman, dengan
prinsip Musik Marawis
tetap terlihat masih mempertahankan konsep seni
yang Islami dengan fungsi seni
sebagai media untuk syiar
dan dakwah.
B.
Judul Karya
Dzikrullah ( Kegiatan mengingat Allah ) menurut
KH. Sulaiman 73 Th yang
merupakan Seorang Sesepuh
dan Tokoh Agama
di wilayah Kecamatan
Montong Kabupaten Tuban adalah
suatu aktivitas yang dapat memberikan kekuatan ekstra kepada kita
dalam menghadapi berbagai masalah yang datang menghadang dalam hidup kita. Ada
beberapa kegiatan dzikrullah yang diajarkan Rasulullah kepada kita antara lain
, Sholat 5 waktu maupun sholat sunah, membaca Qur’an, membaca kalimat tahlil,
tahmid, tasbih, takbir, Asma’ulhusna, membaca do’a , dan lain sebagainya.
Suatu wujud anggapan remeh pada kegiatan dzikir atau mengingat Allah. Mereka
menganggap duduk diam sambil berzikir menyebut nama Allah sebagai suatu kegiatan
yang sia sia dan hanya membuang waktu percuma. Ini terjadi karena penulis sering
menjumpai dan mengambil
kesimpulan bahwa sebagian besar manusia perhatiannya lebih tercurah pada kehidupan dunia. Sebagian besar manusia hanya fokus pada kehidupan jangka pendek,
yaitu kehidupan dunia. Mereka merancang kehidupannya hanya sampai hari tua, seluruh
perhatian dan aktifitasnya dicurahkan
untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup di dunia. Mereka tidak
peduli dengan kehidupan jangka panjang, bahkan mereka ragu
dengan adanya kehidupan akhirat yang abadi dan pertemuan dengan Allah kelak. Judul
karya
C.
Tujuan dan manfaat
Dengan di
sajikanya Komposisi karya
musik marawis berjudul
Dzikrullah ini penulis
mempunyai tujuan untuk bisa
mengembangkan dan memberikan
warna baru serta
mengembalikan eksistensinya Musik Marawis di
Wilayah Tersebut serta
tidak semena-mena untuk
meremehkan kegiatan dzikir
dan selalu berdzikir
di setiap saat dan tempat serta bisa menumbuhkan
rasa gairah penulis
dan orang lain
akan kedekatanya dengan
Allah SWT. Secara umum dari karya
ini juga merupakan sumbang saran kepada
masyarakat luas untuk dapat di manfaatkan, yakni antara lain :
1. Musik marawis
sebagai media hiburan dan dakwah
yang layak di masyarakat
tersebut.
2. Mengambil Hikmah
melalui pesan-pesan yang tersirat dalam karya
yang penulis,
BAB II
KEKARYAAN
A. Ide Gagasan
Berangkat dari
medium bunyi Marawis
serta lantunan syair
dan pujian-pujian yang di tujukan kepada Allah
dan Nabi besar Muhammad
SAW. Dari hal tersebut
dengan bermodalkan dasar jiwa seni,
dalam elemen berkreativitas serasa kami ingin sekali berekspresi yang
sekaligus bersyiar dengan menyampaikan pesan – pesan makna yang religius yang tidak lepas dalam kandungan unsur segi etika dan estetika dari seni. Itu
semua kami kemas dengan sajian karya
komposisi musik ini yang dalam sajian ekspresi itu kami interpretasikan dalam
wujud isi dan penggarapan bentuk asli yang di kembangkan dengan judul “ Dzikrullah “.
B. Bentuk
garapan
Dalam sajian bentuk garap pada komposisi musik ini pengkarya ingin
menggarap bentuk pola-pola baru dengan
mengelaborasi jenis pola-pola
pukulan dari jenis
musik lain, yang
meliputi bentuk pola pukulannya dalam wujud improvisasi
dengan meliputi pengadopsian peenggunaan alat Instrumen pokok dari musik
marawis dan gamelan. Dari segi
vocal pengkarya menggarap
beda dari wujud
asli music marawis,
yakni dengan jenis,
koor, solo, hingga ke
tehknik accapela.
C. Media
Karya
1.
Marawis
Merupakan
gendang kecil berdiameter rata-rata 18 Cm dengan tinggi 10
Cm. Alat ini terbuat dari kayu yang bagian tengahnya dilubangi, alat ini yang
menjadi ciri khas dari musik jenis ini,
sehingga musik jenis ini pun di sebut dengan Marawis. Fungsi Instrumen tersebut dalam
karya adalah sebagai
bentuk garapan yang utama.
2.Beduk
Dulunya alat musik ini digunakan untuk komunikasi
antar kelompok, untuk memberi tanda adanya acara di suatu tempat. Pada
perkembangannya alat musik bedug ini digunakan untuk takbir keliling, menandai
masuk sholat, dan acara – acara festival di negara indonesia kususnya. Fungsi
instrument beduk dalam
karya ini sebagai
bass dalam instrument
perkusi.
3. Saron
Saron atau yang
biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya
memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih
tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron
biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu. Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam
dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk
menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini
disebut memathet (kata dasar: pathet = pencet).
4.
Demung
Alat
ini berukuran besar dan beroktaf
tengah. Demung memainkan balungan
gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.Umumnya, satu perangkat gamelan
mempunyai satu atau dua demung.Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai
lebih dari dua demung.
5.
Gong
Gong menandai
permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya
kalimat lagu gendhing yang panjang.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan. Ada dua macam gong, gong ageng (besar) dan gong suwukan atau gong siyem yang berukuran sedang. Instrument ini berfungsi sebagai seleh akhir dan improve pada bagian group nada.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan. Ada dua macam gong, gong ageng (besar) dan gong suwukan atau gong siyem yang berukuran sedang. Instrument ini berfungsi sebagai seleh akhir dan improve pada bagian group nada.
6. Kethuk
Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi
horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam
memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang
paling penting setelah gong. Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat kenong.Di
samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong juga
berhubungan dengan lagu gendhing;ia bisa memainkan nada yang sama dengan nada
balungan; ia boleh juga mendahului nada balungan berikutnya untuk menuntun alun
lagu gendhing; atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada
balungan, untuk mendukung rasa pathet.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut. Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut. Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.
7. Biola
berukuran 1/32
juga digunakan (ukurannya sangat kecil).
Panjang badan (tidak termasuk leher) biola 'penuh' atau ukuran 4/4 adalah sekitar 36 cm (atau lebih kecil menurut beberapa model dari abad ke-17). Biola 3/4 sepanjang 33 cm, 1/2 sepanjang 30 cm. Sebagai perbandingannya, viola 'penuh' berukuran sekitar 40 cm.
Panjang badan (tidak termasuk leher) biola 'penuh' atau ukuran 4/4 adalah sekitar 36 cm (atau lebih kecil menurut beberapa model dari abad ke-17). Biola 3/4 sepanjang 33 cm, 1/2 sepanjang 30 cm. Sebagai perbandingannya, viola 'penuh' berukuran sekitar 40 cm.
Fungsi instrument
biola dalam karya
ini difungsikan sebagai
penguat dari segi
melodisnya.
8. Gitar
Akustik
Merupakan alat
musik berdawai yang
dimainkan dengan cara dipetik, umumnya menggunakan jari maupun plektrum. Gitar terbentuk atas sebuah bagian
tubuh pokok dengan bagian leher yang padat sebagai tempat senar yang umumnya
berjumlah enam didempetkan. Gitar secara tradisional dibentuk dari berbagai
jenis kayu dengan senar yang terbuat dari nilon maupun baja. Beberapa gitar
modern dibuat dari material polikarbonat. Secara umum, gitar terbagi atas 2
jenis: akustik dan elektrik. Gitar akustik, dengan bagian badannya yang
berlubang (hollow body), telah digunakan selama ribuan tahun. Terdapat
tiga jenis utama gitar akustik modern: gitar akustik senar-nilon, gitar akustik senar-baja, dan gitar archtop. Gitar klasik umumnya dimainkan sebagai instrumen solo menggunakan teknik fingerpicking komprehensif. Fungsi
instrument dalam karya
ini sebagai penguat
dari unsure ritmisnya.
D. Diskripsi Sajian
Komposisi musik
berdurasi 15 menit ini Di
mulai dari berbunyinya
gong yang di
bunyikan tiga kali
dan di lanjutkan vocal dzikir
yang meliputi sebagai
berikut :
g. . . . 2x (gong)
g. . . . 2x ( Gong+ Vocal All Allah )
g. 6 2 6 p. 6
2 6 2x (Gong,Kempul,Kethuk+Lailahailallah)
g. 6 2 6 p. 6
2 6 4x (Gong,Ketuk,Biola,Gitar,Vocal All+
Vocal 1 )
Ø Vocal 1
Vocal All
Maula
ya sholi wa saa, - Lailahailallah
limda
iman abada
Alaa habibi ka kho,
lil
khoki qul lihimin
g. 6 2 6 p. 6
2 6 4 x (gong,
kempul,kethuk) vocal 1,2,3 + Fade In
Musik
Ø
. Vocal
1,2,3
Hu wal habibul ladi,
turja sa fa atuhu
Likul Lihau Liminal
An waa
umuk takhimin
Ø . Fade in
musik ( demung,Saron,Gitar,Biola )
g1111
1111 p4444 4444 g3333 3333 p2222 2222
g1111
1111 p4444 4444 g3333 3333 p2222 2222
jDI jDI ....
.... .... .... ....
.... ....
g1 p1 1 p1
g1 p1 1 p1
g4 p4 4
p4 g4 p4 4 p4 jDI j.D I . j.D jII D I
jDkII j.kII jDkII j.kII jDkII
j.kII jDkII j.kII
g3 p3 3
p3 g3
p3 3 p3 g2
p2 2 p2
g2 p2 2 p2
jDI
j.D I . j.D jII D I jDkII j.kII jDkII j.kII jDkII j.kII jDkII j.kII
|
2x Pelan - Keras
|
D jID j.I jII jDkII
j.kII jIkII j.kII
gk1j2pjk31 jk.j2jkp12 g1 . gk1j2pjk31
jk.j2jkp12 g5 .
.... .... . . jkDjIkID jkIjIkDI D I
gk1j2pjk31 jk.j2jkp12 g1 . gk1j2pjk31
jk.j2jkp12 g5 .
.... .... . . jkDjIkID
jkIjIkDI D jII
j12 j34 5 .
j12 j34 5 .
jII jII I .
jII jII I .
g1 jp21 j.2
1 g1 pj21 j.2
1 g1 j21 j.2
1 g1 . j11j11
D jID I
jDI D jID I
jDI D jID I
jDI D I jIIjII
g2 pj32 j.3
2 g2 jp32 j.3
2 g2 pj32 j.3
2 g2 . jj22j22
D jID I
jDI D jID I
jDI D jID I
jDI D I jDDjDD
g5 jp65 j.6
5 g5. pj65 j.6 5 g5 pj65 j.6
5 g5 . j55j55
D jID I
jDI D jID I
jDI D jID I
jDI D I IIII
Ø 6x normal
Ø 1x gong doble
Ø 2x gong, saron,demung doble
(mencepat)
|
. 6
2 3 .
5 2 3
. 3 2
3 g2 p2
g3 p6
Ket.
Diulang 9x
-
Putaran 1 – 6 tempo pelan di ikuti vokal suluk putra
-
Putaran 6 – 9 tempo mencepat dan keras
Duh Nabi ingkang
nyafa’ati makhluk, sholawat salam mugiho kathur panjenengan, duh Nabi
ingkang dadhos nur cahyane makhluk, duh Nabi ingkang nedahake poro
menungso, lan duh Nabi ingkang dadhos unsure lan jiwaning makhluk, mugi
panjenengan kerso paring tarbiyah lan nulungi badan kawulo, estu kanjeng
Nabi menawi kawulo mboten angsal tarbiyah panjenengan, kawulo tansah dholim
selami- laminipun, badan kulo babar pisan mboten minggunani tansah angsal
pitulung lan tarbiyah panjenengan kanjeng Nabi,
|
g1 jp11 j.1 jp23
jg.5 jp.2 j33 p5 g5 p5 j23 jp12
g1 jp11 j.1 jp23
jg.5 jp.2 j33 p5 g5 p5 j23 jp12
D jID jDI .D
.I .D D I I I DD
ID
Ket. Di ulang 4 x
-
2 putaran normal
-
2 putaran cepat
g1 pj11 j.1
pj11 gj.1 p1 j11 p1
g1 pj11 j.1 pj11 gj.1 p1 j11 p1
g1 pj11 j.1
pj11 gj.1 p1 j11 p1
g3 pj33 j.3 jp33 gj.3 p3 j33 p3
g4...
Lagu
G1 . p1
. p5
. p5 . p5
. p5 . g1 p. p1 p.
llah sa la
mu llah alato ha Ro
su li llah
solatu
j11 j.1 1
1 j55 j.5 5 5 j55 j.5 5 j32
1 1 1 1
jDI j.I D
I jDI j.I D I
jDI j.I D I jDI j.I D I
p4 . p4
. p2
. p2 . p4
. p4 . g1 p. p1 p.
llah sa
la mu llah alayasin
ha bi
bi llah solatu
j44
j.4 4 4
j22 j.2 2 2 j44 j.4 4 4 1 1 1 1
jDI j.I D
I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
p4 . p4
. p2
. p2 . p4
. p4 . g1 p. p1 p.
llah sa
la mu llah alayasin ha bi
bi llah ilahi
j44
j.4 4 4
j22 j.2 2 2 j44 j.4 4 4 1 1 1 1
jDI j.I D
I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
g1 . p.
. p4 . p.
.
p7 . p. . g3 p. p.
p.
sa li mil um
ma minal afwa iwanik mah
ilahi
j121 1 1 g4 4
4 4 7 7 7 7
3 3 3 3
jDD D jII I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
g1 . p.
. p4 . p.
.
p7 . p. . g3 p. p.
p.
sa li mil um
ma minal afwa iwanik mah
wabilha
j121 1 1 g4 4
4 4 7 7 7 7
3 3 3 3
jDD D jII I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
4 . . . 5 .
. . 5 5 j.5j32
1 . . .
Dhirosulil
llah bilahlil badri ya Al lah
wabilha
j434 4 4 5 5
5 5 5 5 j.5j32
1 . . .
jDD D jII I jDI j.I D I jDIj.IjDI I
. . . .
4 . . . 5 .
. . 5 5 j.5j32
1 . . .
Dhirosulil
llah bilahlil
badri ya Al lah
j434 4 4 5 5
5 5 5 5 j.5j32
1 . . .
jDD D jII I jDI j.I D I jDIj.IjDI I
. . . .
1 j.1 .
1 1 j.1 . 1 2 j.2 . 2
2 j.2 . 2
1 j.1 . 1
1 j.1 . 1 2 . . .
Ket. Diulang 4x.
- Vocal All Normal ( ahhhh ) bebas
- vocal Mengikuti instrumen melodi
1 . 3 3 5 . 3 3 1 . 3 3 5 . . .
Ket. Diulang 8x
-
Ke 2
(gong)
-
Ke 3
( S,D,)
-
Ke 4
( biola,gitar)
-
Ke 5,6,7,8 All instrument mencepat –
keras
Ø 6x normal
Ø Subhana Allah Hamdulillah
Lailahailallah
Ø 1x gong doble
Ø 2x gong, saron,demung
Ø doble (mencepat)
|
. 6
2 3 .
5 2 3
. 6 2
3 . 5
2 3
Ket. Durasi waktu bebas mengikuti vokal suluk
hingga selesai
Setelah vokal suluk selesai semua instrumen dan vocal
All mencepat.
Vokal suluk 1: Vokal All :
Yaa Abal Khusanain
Alaikas salaam
Yaa Rofiqo Raasuul
Washohbil Kiraam
|
Subhana Allah Wabihamdihi
Subhana Allah Hil
adzhim
|
g1 pj11 j.1 pj11
gj.1 p1 j11 p1 g3 jp33 j.3
j33 j.3 3 j33 3
G4 j44 j.4 j44
gj.4 p4 j44 p4 g5 j55 j.5
j55 j.5 5 j55 5 g1 . . .
ilahi
Lagu.
g1 . p.
. p4 . p.
.
p7 . p. . g3 p. p.
p.
sa li mil um
ma minal afwa iwanik mah
ilahi
j121 1 1 g4 4
4 4 7 7 7 7
3 3 3 3
jDD D jII I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
g1 . p.
. p4 . p.
.
p7 . p. . g3 p. p.
p.
sa li mil um
ma minal afwa iwanik mah
wabilha
j121 1 1 g4 4
4 4 7 7 7 7
3 3 3 3
jDD D jII I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
4 . . . 5 .
. . 5 5 j.5j32
1 . . .
Dhirosulil
llah bilahlil badri ya Al lah
wabilha
j434 4 4 5 5
5 5 5 5 j.5j32
1 . . .
jDD D jII I jDI j.I D I jDIj.IjDI I
. . . .
4 . . . 5 .
. . 5 5 j.5j32
1 . . .
Dhirosulil
llah bilahlil badri ya Al lah
salatu
j434 4 4 5 5
5 5 5 5 j.5j32
1 . . .
jDD D jII I jDI j.I D I jDIj.IjDI I
. . . .
G1 . p1
. p5
. p5 . p5
. p5 . g1 p. p1 p.
llah sa la
mu llah alato ha Ro
su li llah
solatu
j11 j.1 1
1 j55 j.5 5 5 j55 j.5 5 j32
1 1 1 1
jDI j.I D
I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
p4 . p4
. p2
. p2 . p4
. p4 . g1 p. p1 p.
llah sa
la mu llah alayasin ha bi
bi llah solatu
j44
j.4 4 4
j22 j.2 2 2 j44 j.4 4 4 1 1 1 1
jDI j.I D
I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
p4 . p4
. p2
. p2 . p4
. p4 . g1 p. p1 p.
llah sa
la mu llah alayasin ha bi
bi llah
j44
j.4 4 4
j22 j.2 2 2 j44 j.4 4 4 1 1 1 1
jDI j.I D
I jDI j.I D I jDI j.I D I
jDI j.I D I
g1 jp21 jp.2
p1 g1 jp21 pj.2 p1 g1 jp21 jp.2 p1 g1 jp21 jp.2 p1
D jID j.I
jDI D jID j.I jDI D jID j.I jDI D . I I
g2 jp32
jp.3 p2 g2 jp32 jp.3 p2 g2 jp32 jp.3 p2 g2 jp32 jp.3 p2
D jID j.I
jDI D jID j.I jDI D jID j.I jDI D . I I
g3 pj53 jp.5 p3 g3 pj53 jp.5 p3 g3 jp53 pj.5
p3 g3 jp53 pj.5 p3
D jID j.I
jDI D jID j.I jDI D jID j.I jDI D . I I
g5 jp65
pj.6 p5 g5 jp65 jp.6 p5 g5 jp65 jp.6 p5 g5 p. jp12 pj34
g5 . . .
gg1 jp21
p2 g1 jp21 p2 gg1 jp21 p2
g1 . .
2 j32
3 2 j32 3 2 j32 3 g2 . .
D jII
I D jII I D jII I
jDDjDDD
3 j53
5 3 j53 5 3 j53 5
g3 . .
D jII
I D jII I D jII I
jDDjDDD
5 j65
6 5 j65 6 5 j65 6 g5 . . .
D jII
I D jII I D jII I
jDIj.II I
j12 j.1 2 j12
j.1 2 j12 j.1 2 j11 1 j11 j11 1
jDI j.D I DI
j.D I DI j.D I jDD D jDD jDD D
j12 j.1 2 j12
j.1 2 j12 j.1 2 j11 1 j22 2
jDI j.D I DI
j.D I DI j.D I jDD D jII I
jDI j.D I DI
j.D I DI j.D I
Ket. Pola pukulan
semua instrumen keras
berulang-ulang hingga pelan dengan
durasi waktu bebas hingga selesai,
dengan di iringi vocal All .
Vokal All : Lailahailallah muhammadur rosulullah.
BAB III
PROSES PENCIPTAAN
A. Ekplorasi
diartikan
sebagai penjelajahan atau penjajakan terhadap obyek tertentu dengan tujuan
memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Proses penjelajahan diawali dari
perwujudan angan-angan yang telah ada dalam pikiran. Sehubungan dengan sumber
tema yang diangkat adalah fenomena kehidupan sosial masyarakat maka sangat
diperlukan pembatasan wilayah tertentu agar angan-angan tidak terlalu luas.
Untuk mendasari angan-angan tersebut perlu di tentukan alur suasana sebagai pijakan dalam eksplorasi atau
penjajakan bunyi baik dengan instrument/alat musik atau vokal. Eksplorasi yang di lakukan dalam karya ini
meliputi pencarian karakter suara baik itu vokal atau bunyi yang akan di
hasilkan dari materi yang pilih. Vokal misalnya, di pilih seseorang yang
memiliki karakter suara yang bayati[1]
. Setelah itu semua tersusun tentunya akan sangat membantu dalam upaya
ekplorasi bunyi yang selanjutnya akan di buat motif-motif jalinan melodi serta pemilihan dan pengolahan
materi vokal maupun instrumen yang inginkan.
B. Improvisasi
Tahapan
yang telah dilakukan sebelum improvisasi adalah eksplorasi yang telah
menghasilkan materi sebagai bahan dalam
penciptaan karya. Berangkat dari hasil ekplorasi tersebut dilakukan tahapan yang disebut improvisasi. Pengertian
improvisasi merupakan penciptaan sesuatu tanpa persiapan terlebih dahulu
(spontanitas) berdasarkan bahan yang sudah ada yaitu hasil eksplorasi. Menurut
Smith (1986:31) improvisasi bersifat spontan, kreatif, tidak tetap (baku) dan
tidak berbentuk selesai. Berpedoman pendapat tersebut, pada karya ini dilakukan
beberapa tindakan improvisasi sebagai proses dalam menggarap materi atau bahan.
Dalam penyajian karya Dzikrullah ini, di harapkan penyaji
sedapat mungkin berimprovisasi untuk merespon apa yang ada di sekitar arena
pertunjukan baik setting, vokal-vokal senggakan, untuk dapatnya mengekspresikan
diri agar di dalam penyajiannya menjadi lebih menghidupkan susana yang di
inginkan.
C.
Komposisi
Penggarapan
karya dengan judul Dzikrullah ini
merupakan realisasi dari kegelisahan pengkarya yang di era modern ini warisan dari leluhur tenggelam dan banyak yang
di tinggalkan seperti instrument
musik gamelan jawa yang sekarang makin
mulai di tinggalkan oleh
generasi penerus, contohnya di daerah
kabupaten tuban yang sepengetahuan
penulis lihat banyak remaja
bermusik lebih tertarik
dengan musik pop. Terciptanya karya dengan
judul Dzikrullah ini
diharapkan generasi penerus
bias lebih tertarik
dengan alat musik peninggalan
leluhur kita.
Teknik
yang digunakan dalam membentuk karya, adalah merangkai beberapa materi yang
telah dipilih dan ditentukan sebagai materi inti maupun materi yang sama sekali
baru melalui proses ekplorasi dan improvisasi. Dalam karya ini terbagi menjadi
tiga bagian alur suasana dengan harapan untuk dapat lebih memudahkan di dalam
proses penyusunan tembang.
D. Hambatan
dan solusi
Terciptanya karya Dzikrullah ini, tidak terlepas dari berbagai halangan yang
menghambat kelancaran proses kerja kreatif. Hambatan yang paling besar datang
dari dalam diri penulis sendiri dan juga peraga karya yang mayoritas
individunya memiliki kesibukan masing-masing. Dari perjalanan proses karya
musik Dzikrullah
hambatan yang muncul dari peraga sering sekali terjadi, maka proses
penyampaian materi garap sesalu menggulang ketika terjadi perubahan atau
penambahan bentuk baik musik.
Sehingga
di butuhkan penyikapan dengan jalan mengganti sementara peraga yang tidak hadir
dengan peraga yang memungkinkan untuk mewakili. Kesabaran penuh pada
intinya penulis selalu tanamkan pada
diri karena yang
mayoritas peraganya adalah
remaja yang masih
labil.
BAB IV
PERGELARAN
4.1 Sinopsis
4.2 Penataan pentas
Penyajian karya
Dzikrullah di pentaskan di aula pendopo
stkw Surabaya yang dikarenakan untuk mengikuti
kebijakan pihak kampu. Sedangkan
bentuk penataan polanya
membetuk garis segi lima untuk
memudahkan komunikasi antar
peraganya.
Penyajian karya
Dzikrullah di pentaskan dengan
berdurasi 15 – 20 menit yang mengacu
kebijakan dari pihak
STKW surabaya
4.2.1
Setting
panggung
I
|
G
|
D
|
D
|
C
|
C
|
C
|
C
|
B
|
B
|
B
|
B
|
F
|
A
|
J
|
|
|
F : Beduk
G : Kethuk
H : Saron
I : Demung
J : Beduk
|
A : depan
B : Vokal
C : Marawis
D : Gitar
E : Biola
|
C. Pendukung
Dalam penyajian
komposisi musik Dzikrullah di dukung
oleh para pelaku atau pemain yang berjumlah 15 (lima belas) orang, dan diperankan
oleh laki-laki dan perempuan. Penyaji atau pendukung karya Dzikrullah menggunakan busana Islami . Adapun daftar penyaji yakni
sebagai berikut :
D. Glosarium
Syika : jenis style
khusus yang beda dari diatonic
Maqomm : wilayah nada dan achord tertentu
untuk mengiringi lagu
Bayati : untuk mengiringi lagu yang menggunakan
nada dasar A
Ross : untuk mengiringi
lagu yang menggunakan nada dasar C
Hijash : untuk mengiringi lagu yang menggunakan nada dasar G
Daftar Pustaka
A. Pustaka
1. koentjaraningrat
(2005:155) Alculturation
2. (
Sutarman, Skripsi, 2011 : 2 ) Marawis betawi
B.
Wawancara
1. Wawancara dengan
Kh. Sulaiman di tempanya ( kyai sepuh dan tokoh agama masyarakat setempat
) pada
tanggal 7 Mei 2013
2. Wawancara dengan
ustad Kholil di tempatnya
( seniman marawis dan sekaligus pengasuh pondok di bojonegoro ) pada tanggal
15 Mei 2013
3. Wawancara dengan M. Nashihul Umam S.Pd di tempanya ( Guru Mts serta pimpinan group
Marawis Elsyika di Kecamatan
Montong – Tuban) pada tanggal 28 April
2013
4. Wawancara
dengan Jack Almajid di tempatnya ( Guru serta seniman Marawis) pada
tanggal 13 Juni 2013